Oleh: Nur Rizki Fahmi Nugraha
Bulan Ramadhan dianggap sebagai bulan suci dalam Islam. Pada bulan itulah ayat Al Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW melalui perantara malaikat Jibril. Dan di dalamnya terdapat satu malam yang istimewa bagi umat Nabi Muhammad SAW yaitu malam Lailatul Qadar dimana setiap muslim yang melakukan amal kebajikan pada malam itu memperoleh ganjaran setara dengan beribadah selama seribu bulan.
Pada bulan Ramadhan inilah setiap muslim diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa. Yakni menahan diri dari hal-hal yang dapat merusak atau bahkan membatalkannya. Bagi yang tidak bisa menunaikannya pada bulan Ramadhan diharuskan untuk mengqadha pada bulan lainnya.
Melihat banyaknya masyarakat lokal yang memeluk agama Islam mendorong KH Abdul Hamid Kendal untuk menyusun kitab Risalatus Shiyam yang berisi tuntunan bagi masyarakat Islam lokal dalam melakukan ibadah puasa. Melihat peruntukannya yang ditujukan kepada masyarakat Jawa maka kitab ini ditulis menggunakan bahasa jawa arab pegon agar mudah dipahami. Kitab ini juga membahas perihal adat atau kebiasaan yang lekat dengan masyarakat dalam kaitannya dengan ibadah puasa.
KH. Achmad Abdul Hamid dilahirkan di Kota Kendal pada tahun 1915. Beliau adalah pengasuh PP Al Hidayah juga diberikan kehormatan sebagai Imam Besar Masjid Agung Kendal. Masyarakat menyematkan “Kendal” di belakang namanya untuk membedakan beliau dengan KH Abdul Hamid Abdullah Umar dari Kota Pasuruan Jawa Timur. Karena peran dan ketokohan beliau itulah masyarakat menyebut beliau sebagai “Bapak Kabupaten Kendal”.
Baca Juga : Pandangan Gus Dur Mengenai Relasi antara Islam dan Negara
Beliau juga terkenal sebagai ulama yang gemar berolahraga. Ketika beliau masih menjadi santri di Pondok Kasingan Rembang asuhan KH Kholil Harun, beliau menjadi striker dalam tim sepakbola bentukannya. Di usianya yang ke72 beliau masih sanggup lari jauh membawa obor PON XI di Jawa Tengah dan diulas di harian Wawasan, 9 Mei 1987 dengan judul “KH Achmad Abdul Hamid, Kiai yang Olahragawan.”
Sang pencipta “Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith“ Thariq tersebut pernah dipercaya untuk mengemban amanah sebagai Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Kendal, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah (dengan Katib KH. Sahal Mahfudz), dan terakhir sebagai Mustasyar PBNU dan MUI Jawa Tengah. Beliau juga tercatat sebagai kontributor dan distributor majalah Berita NO, yang terbit tahun 1930an. Pertama kali beliau mengucapkan kalimat “Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq” itu ketika beliau sedang berada di Magelang yang selanjutkan diikuti oleh para Ulama NU dan seluruh warga Nahdliyin.
Kitab Risalatus Shiyam yang disusun oleh KH Abdul Hamid Kendal ini berisi penjelasan tentang fikih ibadah puasa khususnya puasa Ramadhan. Di dalamnya banyak dijelaskan dalil-dalil dari Al Quran dan Sunnah yang berhubungan dengan puasa dengan terjemah bahasa Jawa. Penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan puasa Ramadhan tersebut terbagi dalam 33 pasal.
Seperti yang telah disinggung diatas, kitab Risalatus Shiyam ini diperuntukkan bagi masyarakat muslim lokal. Oleh karena itu kitab ini juga membahas kebiasaan yang lekat dengan kehidupan masyarakat lokal kala itu seperti merokok dan mengunyah sirih (menginang). Kitab ini menjelaskan bahwa mengunyah sirih tidak membatalkan puasa asalkan tidak ditelan. Sedangkan merokok dapat membatalkan puasa lantaran memasukkan asap rokok ke dalam tubuh melalui salah satu lubang tubuh.
Tidak hanya itu, unsur lokalitas kitab Risalatus Shiyam ini juga terdapat dalam pemaparannya mengenai dalil berupa hadist yang menjadi dasar hukum bagi masyarakat lokal ketika bersilaturahmi kepada kerabat dan tetangga ketika hari raya Idul Fitri tiba. Dimana adat kebiasaan bersilaturahmi kepada kerabat dan tetangga ketika hari raya Idul Fitri tersebut tidak terdapat pada masyarakat timur tengah sekalipun.
Maka dari itu kitab terbitan Karya Toha Putra Semarang ini sangat bermanfaat dalam memberikan tuntunan bagi masyarakat muslim lokal jawa agar lebih giat dalam menjalankan ibadah puasa. Hal ini dikarenakan kitab tersebut ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa dan disajikan dengan gaya bahasa yang cukup mudah dipahami oleh masyarakat Jawa secara luas. Namun penulisannya yang menggunakan bahasa jawa tersebut sedikit menyulitkan bagi masyarakat non- jawa yang berminat untuk mempelajari kitab tersebut.
Editor : Dewi Robiatul Adawiyah

